Gunung wayang, Gunung dengan ketinggian 2241 mdpl , Gunung
dengan 7 mata air yang mengairi situ Cisanti sebagai hulu dari sungai Citarum,sungai
terpanjang di Jawa.
Hari jum’at tanggal 30 November 2012, Kami 11
anggota muda Samagatha Nilawarsa Jantera ditemani 2 instruktur akan melakukan
pendakian, akan tetapi satu dari saudara kami tidak ikut pada pendakian kali
ini . Ba’da maghrib kami meluncur dari sekretariat Jantera menuju lokasi
camping.Perjalanan malam kami cukup lancar dan menyenangkan walaupun sedikit
diguyur air hujan, akan tetapi air hujan itu tidak sedikitpun menyurutkan niat
kami untuk tetap melakukan perjalanan menuju lokasi camping. Pukul 23.30 WIB
kami sampai di lokasi camping (situ Cisanti), setelah menemukan tempat yang
diarasa bisa digunakan untuk pendirian tenda, sebagian dari kami mulai
mendirikan tenda, 3 tenda kami dirikan untuk istirahat malam ini. Setelah
briefing selama kurang lebih 15 menit kami segera beristirahat untuk persiapan
pendakian esok hari.
Keesokan paginya, sebelum kami melakukan pendakian ,
sebagian dari kami membereskan tenda, memasak, serta mempersiapkan alat apa
saja yang diperlukan saat pendakian. Setelah semua persiapan selesai kami
melakukan peregangan terlebih dahulu supaya otot-otot kami tidak terlalu kaku saat nanti melakukan pendakian, setelah peregangan
kami lanjutkan untuk makan pagi.
Pada pukul o9.00 WIB kami mulai melakukan pendakian
setelah sebelumnya kami berdo’a terlebih dahulu kepada Allah SWT agar
dilancarkan dalam pendakian kali ini. Di sepanjang perjalanan menuju puncak,
kami menemukan banyak pohon-pohon yang tumbang, ada pohon yang tumbang secara
alami, alami disini berarti adanya tenaga angin yang menggerakkan dan
menumbangkan pohon tersebut terlihat dari akar-akarnya yang ikut terangkat,
adapun pohon tumbang yang memang sengaja di tebang oleh manusia terlihat dari
masih ada sisa batang kayu yang tertinggal. Vegetasi di gunung wayang ini
adalah semak belukar yang di selingi dengan beberapa pohon besar, sedikit masih
rapat jika dibandingkan dengan kondisi gunung lainnya yang berada di sekitar
Gunung wayang. Perjalanan menuju puncak tidak terlalu sulit walaupun kemiringan
lerengnya lebih dari 45 derajat , kami menggunakan teknik screambling dalam
pendakian ini. Pada ketinggian sekitar 900 mdpl, kurang lebih 2 jam lagi menuju
puncak kami menemukan sebuah pohon yang sangat besar dengan kira-kira ukuran
diameternya 2 meter yang mana kondisi
pohon tersebut setengahnya telah di
tebang akan tetapi sepertinya si penebang kesulitan untuk menebang pohon
itu sehingga pohon tersebut ditinggalkan begitu saja. Setelah dirasa cukup
untuk melihat-lihat kondisi di sekitar pohon itu kami melanjutkan perjalanan
menuju puncak,akses menuju puncak pada ketinggian ini pun ternyata sudah
terdapat jalur buatan, teknik screambling pun tidak kami gunakan pada
ketinggian ini karena dengan berjalan seperti biasa saja pun masih bisa
dilakukan. Sekitar pukul 11.45 WIB kami sampai di Puncak Gunung Wayang sambil
meneriakan kata “JANTERA” . Puncak kedua yang kami capai setelah Puncak
Tangkuban Perahu. Sambil beristirahat kami bersiap-siap melaksanakan shalat
Dhuhur berjama’ah di Puncak , setelah shalat kami menyanyikan lagu Indonesia
Raya sebagai kebiasaan para pendaki apabila telah mencapai puncak, setelah itu
kami bersiap-siap untuk menuruni Gunung
Wayang sambil mencari lokasi untuk mensimulasikan reseksi-interseksi. Setelah menemukan
lokasi yang dirasa bisa digunakan untuk mensimulasikan reseksi-interseksi, maka
sebagian dari kami mulai mensimulasikan reseksi interseksi, sambil duduk-duduk
beristirahat kami mulai mengamati sekeliling, banyak fakta yang kami lihat,
seperti berkurangnya kerapatan vegetasi
di gunung Bedil dan adanya perubahan tata guna lahan yang asalnya hutan menjadi
perkebunan dan pertanian, tentu saja ini fakta yang berkaitan dengan banjir di
daerah hilir, karena tanaman perkebunan maupun pertanian tidak dapat menahan
banyak air yang turun saat hujan, sehingga air yang turun ke hilir lebih banyak
dan menyebabkan sungai meluap dengan bertambahnya debit air pada sungai
Citarum. Setelah dirasa cukup pengamatannya, kami melanjutkan perjalanan pulang
menuju lokasi camping, jalur turun gunung wayang yang kami pilih berbeda dengan jalur pada saat mendaki ,
jalur ini lebih landai jika dibandingkan pada saat mendaki. Saat menuju lokasi
camping kami menemukan pohon-pohon kopi yang tertata rapih di sekitar gunung
wayang. Tidak menutup kemungkinan perubahan tata guna lahan pun sebentar lagi
akan menjarahi daerah Gunung wayang.
Setelah sampai di lokasi camping, sebagian dari kami
mulai bergerak untuk memasak, sebagian lagi ada yang beristirahat karena
kelelahan setelah pendakian. Pada sore hari kira-kira bada ashar hujan turun,
Alhamdulillah hujan turun pada saat kami telah sampai dilokasi camping. Karena
setelah pendakian itu tidak ada kegiatan lagi selain memasak, ada sebagian dari
kami yang datang mengunjungi senior jantera di desa Tanjungsari yang masih
dekat dekat dengan lokasi camping, sebagian lagi bercengkrama di dalam tenda
untuk sekedar melepas penat dan lelah. Pada intinya kami di beri kebebasan
untuk berisitirahat setelah pendakian pada hari itu.
Minggu pagi itu,Bau rumput basah menyeruak ketika
membuka pintu tenda,sinar matahari pagi yang menyilaukan serta menghangatkan,
kicau burung merdu yang membangunkan membuat kami siap dan semangat untuk
melanjutkan kegiatan.kegiatan selanjutnya sebetulnya adalah evaluasi kegiatan,
Persiapan untuk pulang dan persiapan untuk interview pada masyarakat di sekitar
gunung wayang mengenai kondisi perubahan tata guna lahan di daerah tersebut. Pada
evaluasi kali ini kami mendapatkan total 9 seri dari instruktur untuk semua
kesalahan yang telah kami lakukan selama kegiatan pendakian, setelah evaluasi
kami mencari seorang responden yg akan di interview dan di sekitar lokasi
camping kami, terdapat sebuah warung yang pemiliknya kami jadikan responden
interview, sebelum melakukan interview kami di berikan tawaran untuk menaiki
perahu ,sekedar berkeliling di situ Cisanti. Kami menaiki perahu dan mulai
berkeliling, selama menaiki perahu, kami menemukan fakta lagi, bahwa ternyata
memang terdapat 7 sumber mata air yang mengisi situ cisanti yang merupakan hulu
dari sungai Citarum.
Interview kepada responden dilakukan di pinggir situ
Cisanti, sebagian dari kami siap-siap untuk pulang. Setelah interview selesai
kami pamit pulang pada responden.
Dalam perjalanan pulang kami di guyur hujan besar.
Akan tetapi kami tetap melanjutkan perjalanan walaupun hujan besar pada saat
itu, selama di perjalanan kami melihat kondisi tanah longsor besar-besaran sebagai
akibat dari hujan besar dan dari adanya perubahan tata guna lahan hutan menjadi
perkebunan dan pertanian yang tentu saja dengan mudahnya air meloloskan diri
tanpa terikat oleh akar, longsoran tanah ini menutupi jalan yang menyebabkan
jalanan licin dan lumayan beresiko bagi para pengendara motor maupun mobil. Adapun
dibangunnya sebuah penahan erosi itu tidak berpengaruh besar terhadap tingkat
erosi yang terjadi di desa sekitar gunung wayang.
Dari pendakian kali ini kami mendapatkan banyak
pengetahuan baru dan pengalaman baru, yang tentunya akan kami bagi dengan orang
lain.