Sunday, 3 March 2013

PENDAKIAN GUNUNG WAYANG


Gunung wayang, Gunung dengan ketinggian 2241 mdpl , Gunung dengan 7 mata air yang mengairi situ Cisanti sebagai hulu dari sungai Citarum,sungai terpanjang di Jawa.
Hari jum’at tanggal 30 November 2012, Kami 11 anggota muda Samagatha Nilawarsa Jantera ditemani 2 instruktur akan melakukan pendakian, akan tetapi satu dari saudara kami tidak ikut pada pendakian kali ini . Ba’da maghrib kami meluncur dari sekretariat Jantera menuju lokasi camping.Perjalanan malam kami cukup lancar dan menyenangkan walaupun sedikit diguyur air hujan, akan tetapi air hujan itu tidak sedikitpun menyurutkan niat kami untuk tetap melakukan perjalanan menuju lokasi camping. Pukul 23.30 WIB kami sampai di lokasi camping (situ Cisanti), setelah menemukan tempat yang diarasa bisa digunakan untuk pendirian tenda, sebagian dari kami mulai mendirikan tenda, 3 tenda kami dirikan untuk istirahat malam ini. Setelah briefing selama kurang lebih 15 menit kami segera beristirahat untuk persiapan pendakian esok hari.
Keesokan paginya, sebelum kami melakukan pendakian , sebagian dari kami membereskan tenda, memasak, serta mempersiapkan alat apa saja yang diperlukan saat pendakian. Setelah semua persiapan selesai kami melakukan peregangan terlebih dahulu supaya otot-otot kami tidak terlalu kaku saat  nanti melakukan pendakian, setelah peregangan kami lanjutkan untuk makan pagi.
Pada pukul o9.00 WIB kami mulai melakukan pendakian setelah sebelumnya kami berdo’a terlebih dahulu kepada Allah SWT agar dilancarkan dalam pendakian kali ini. Di sepanjang perjalanan menuju puncak, kami menemukan banyak pohon-pohon yang tumbang, ada pohon yang tumbang secara alami, alami disini berarti adanya tenaga angin yang menggerakkan dan menumbangkan pohon tersebut terlihat dari akar-akarnya yang ikut terangkat, adapun pohon tumbang yang memang sengaja di tebang oleh manusia terlihat dari masih ada sisa batang kayu yang tertinggal. Vegetasi di gunung wayang ini adalah semak belukar yang di selingi dengan beberapa pohon besar, sedikit masih rapat jika dibandingkan dengan kondisi gunung lainnya yang berada di sekitar Gunung wayang. Perjalanan menuju puncak tidak terlalu sulit walaupun kemiringan lerengnya lebih dari 45 derajat , kami menggunakan teknik screambling dalam pendakian ini. Pada ketinggian sekitar 900 mdpl, kurang lebih 2 jam lagi menuju puncak kami menemukan sebuah pohon yang sangat besar dengan kira-kira ukuran diameternya  2 meter yang mana kondisi pohon tersebut setengahnya telah di  tebang akan tetapi sepertinya si penebang kesulitan untuk menebang pohon itu sehingga pohon tersebut ditinggalkan begitu saja. Setelah dirasa cukup untuk melihat-lihat kondisi di sekitar pohon itu kami melanjutkan perjalanan menuju puncak,akses menuju puncak pada ketinggian ini pun ternyata sudah terdapat jalur buatan, teknik screambling pun tidak kami gunakan pada ketinggian ini karena dengan berjalan seperti biasa saja pun masih bisa dilakukan. Sekitar pukul 11.45 WIB kami sampai di Puncak Gunung Wayang sambil meneriakan kata “JANTERA” . Puncak kedua yang kami capai setelah Puncak Tangkuban Perahu. Sambil beristirahat kami bersiap-siap melaksanakan shalat Dhuhur berjama’ah di Puncak , setelah shalat kami menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai kebiasaan para pendaki apabila telah mencapai puncak, setelah itu kami bersiap-siap untuk  menuruni Gunung Wayang sambil mencari lokasi untuk mensimulasikan reseksi-interseksi. Setelah menemukan lokasi yang dirasa bisa digunakan untuk mensimulasikan reseksi-interseksi, maka sebagian dari kami mulai mensimulasikan reseksi interseksi, sambil duduk-duduk beristirahat kami mulai mengamati sekeliling, banyak fakta yang kami lihat, seperti  berkurangnya kerapatan vegetasi di gunung Bedil dan adanya perubahan tata guna lahan yang asalnya hutan menjadi perkebunan dan pertanian, tentu saja ini fakta yang berkaitan dengan banjir di daerah hilir, karena tanaman perkebunan maupun pertanian tidak dapat menahan banyak air yang turun saat hujan, sehingga air yang turun ke hilir lebih banyak dan menyebabkan sungai meluap dengan bertambahnya debit air pada sungai Citarum. Setelah dirasa cukup pengamatannya, kami melanjutkan perjalanan pulang menuju lokasi camping, jalur turun gunung wayang yang kami pilih  berbeda dengan jalur pada saat mendaki , jalur ini lebih landai jika dibandingkan pada saat mendaki. Saat menuju lokasi camping kami menemukan pohon-pohon kopi yang tertata rapih di sekitar gunung wayang. Tidak menutup kemungkinan perubahan tata guna lahan pun sebentar lagi akan menjarahi daerah Gunung wayang.
Setelah sampai di lokasi camping, sebagian dari kami mulai bergerak untuk memasak, sebagian lagi ada yang beristirahat karena kelelahan setelah pendakian. Pada sore hari kira-kira bada ashar hujan turun, Alhamdulillah hujan turun pada saat kami telah sampai dilokasi camping. Karena setelah pendakian itu tidak ada kegiatan lagi selain memasak, ada sebagian dari kami yang datang mengunjungi senior jantera di desa Tanjungsari yang masih dekat dekat dengan lokasi camping, sebagian lagi bercengkrama di dalam tenda untuk sekedar melepas penat dan lelah. Pada intinya kami di beri kebebasan untuk berisitirahat setelah pendakian pada hari itu.
Minggu pagi itu,Bau rumput basah menyeruak ketika membuka pintu tenda,sinar matahari pagi yang menyilaukan serta menghangatkan, kicau burung merdu yang membangunkan membuat kami siap dan semangat untuk melanjutkan kegiatan.kegiatan selanjutnya sebetulnya adalah evaluasi kegiatan, Persiapan untuk pulang dan persiapan untuk interview pada masyarakat di sekitar gunung wayang mengenai kondisi perubahan tata guna lahan di daerah tersebut. Pada evaluasi kali ini kami mendapatkan total 9 seri dari instruktur untuk semua kesalahan yang telah kami lakukan selama kegiatan pendakian, setelah evaluasi kami mencari seorang responden yg akan di interview dan di sekitar lokasi camping kami, terdapat sebuah warung yang pemiliknya kami jadikan responden interview, sebelum melakukan interview kami di berikan tawaran untuk menaiki perahu ,sekedar berkeliling di situ Cisanti. Kami menaiki perahu dan mulai berkeliling, selama menaiki perahu, kami menemukan fakta lagi, bahwa ternyata memang terdapat 7 sumber mata air yang mengisi situ cisanti yang merupakan hulu dari sungai Citarum.
Interview kepada responden dilakukan di pinggir situ Cisanti, sebagian dari kami siap-siap untuk pulang. Setelah interview selesai kami pamit pulang pada responden.
Dalam perjalanan pulang kami di guyur hujan besar. Akan tetapi kami tetap melanjutkan perjalanan walaupun hujan besar pada saat itu, selama di perjalanan kami melihat kondisi tanah longsor besar-besaran sebagai akibat dari hujan besar dan dari adanya perubahan tata guna lahan hutan menjadi perkebunan dan pertanian yang tentu saja dengan mudahnya air meloloskan diri tanpa terikat oleh akar, longsoran tanah ini menutupi jalan yang menyebabkan jalanan licin dan lumayan beresiko bagi para pengendara motor maupun mobil. Adapun dibangunnya sebuah penahan erosi itu tidak berpengaruh besar terhadap tingkat erosi yang terjadi di desa sekitar gunung wayang.
Dari pendakian kali ini kami mendapatkan banyak pengetahuan baru dan pengalaman baru, yang tentunya akan kami bagi dengan orang lain.

1 comment:

  1. asik deh yang selalu muncak.. semoga selalu ada pelajaran yang didapat ya, uciin(g)
    :p

    ReplyDelete